Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

Catatan di kala senja

Gambar
Sore adalah waktu terbaik untuk melihatmu.. Berpadu dengan senja di kaki langit, kau seperti pohon yang melengkapinya dengan keteguhan yang meneduhkan... Tubuh rentamu menyimpan sejuta ketegaran yang menyeruak bersama bau tubuh tuamu... Tatapan matamu seperti kitab yang memancarkan hikmat. Sebenarnya, tak banyak momen yang aku dan kau ciptakan... Kalaupun ada, kala itu memoriku belum cukup sempurna mengukirnya. Tapi gambar-gambar di buku usang nan berdebu membingkai indah kasih sayangmu pada keturunan keduamu. Kebahagiaan sempurna tersirat dalam senyummu saat menggendong bayi merah yang belum sanggup membuka matanya. Disampingmu, sedang tertidur seorang wanita yang garis wajah penuh cintanya sama persis denganmu. Tergambar di sana, dengan kulitmu yang kian menebal diterpa cobaan dan tantangan, kau memeluk aku... Dan mulutmu seperti sedang menggumamkan sesuatu.. Kata ibu, kau sedang bersenandung.. mengirimkan harapan-harapan. Kala itu, aku belum mengenalmu... Tapi dalam

Percakapan bersama sahabat

Gambar
Hari ketiga di bulan ke delapan tahun dua ribu sebelas. Seharian ini aku berusaha merayu tubuhku untuk mengikuti kata hatiku. menyelesaikan tugas-tugas yang jika tidak selesai akan membunuhku perlahan-lahan. Lebih lagi, salah satu di antara sekian banyak tugas itu ada yang benar-benar sudah mematikan rasa bersalahku. Hanya memancing gerutuan dan makian. Hari pun bergulir dan tiba saatnya berbuka puasa. Adzan di sekitar tempat tinggalku menjadi alarm untuk segera bersiap menuju ke tempatku bergumul dan berjuang. Sesampaiku di sana, aku bertemu seorang teman. Kami berbicara seputar selebrasi. Selebrasi yang berkaitan dengan apresiasi. Dalam bingkai apresiasi, aku sependapat dengannya, bahwa selebrasi perlu. Tetapi, perbedaan pandang kami meruncing ketika dia berkata bahwa tanpa selebrasi yang berisi apresiasi, kinerja seseorang akan menurun dan lama-lama bisa padam. Dengan nada mengancam. Demi sesuatu yang entah apa namanya --yang jelas bukan demi hatiku-- aku membi

Catatan harian setelah sekian lama

Malam ini, seperti biasa, langit malam memamerkan kelegaman hitamnya, yang sedikit tersamar oleh asap cemar. Hari ini hari Senin. Hari yang kutetapkan sebagai hari untuk berlabuh. Hari di mana aku berhenti sejenak dari kegiatan menggapai angan dan cita-cita. Hari yang bisa aku habiskan dengan melakukan hal-hal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan tujuan dan makna hidup. Oleh karena itu, aku bersama sahabatku mengisi hari dengan memanjakan diri di 'rumah cantik' dilayani dengan paket lengkap dari ujung kaki sampai ujung rambut. Benar-benar tidak ada hubungannya dengan keberlangsungan hidup, tapi aku senang. Ya, karena memang itu tujuannya: untuk memberi kesenangan sesaat. Anggaplah sebagai fatamorgana di tengah perziarahan panjang di gurun kehidupan ini. hahaha... Sesampai di tempat aku meletakkan kepala, kertas-kertas yang kelihatan tak berharga tapi sebenarnya berharga memanggil-manggilku. Mereka sepertinya lupa hari ini hari Senin.  Langsung saja aku

Catatan iseng

Dewasa ini, sudah sulit rasanya mendefinisikan istilah "dunia maya". Dulu, istilah dunia maya sering saya pakai untuk menyebut sebuah wadah di mana tidak ada yang bisa dipercaya di sana. Memang, definisi seperti itu dipersempit hanya para jejaring pertemanan melalui chat room yang kerap dipakai untuk mencari jodoh oleh sebagian orang. Namun, seiring berjalan waktu, batas antara dunia maya dan dunia real semakin tipis. Untuk sebagian orang, dunia maya lebih 'real' daripada kehidupan sehari-harinya yang dijalani sebatas formalitas. Tapi, ada juga yang tetap memilih menjadikan dunia maya sebagai persembunyian dari yang nyata. Apalagi sejak mewabahnya jejaring sosial mulai dari friendster, facebook, twitter, path, instagram, line, dan lain-lain (peradaban dunia socmed saya berhenti di twitter), tidak bisa lagi saya bilang itu dunia maya. Semua terbuka. Semua terpampang. Tanpa batasan. Tanpa aturan. Semua orang membangun dunianya masing-masing melalui soc