Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Persinggahan yang berkelanjutan

Gambar
Aku tak tahu harus menamakan perjalananku ke Jakarta sebagai apa: pulang, rantau, singgah, liburan, atau apa? Pulang? pastilah bukan.. karena Jakarta bukan rumahku. Atau, rantau? Dua bulan lalu ketika aku masih bekerja penuh waktu sebagai pengerja gereja, aku masih bisa melabel aku sedang merantau. Tapi tidak lagi sekarang. Liburan? Ah, bukan pilihan kategori yang pas untuk masa di mana waktu semakin cepat berjalan. Mungkin liburan lebih cocok dipakai jika aku sedang ke Makassar, tempat orangtuaku saat ini berdomisili. Karena di tempat itulah waktu memang seakan berhenti. Jadi, judul yang akan kupakai untuk kedatanganku ke Jakarta kali ini jatuh pada 'singgah'. Aku sedang singgah di Jakarta untuk keperluan menyetok perbekalan perjalanan panjang. Layaknya kapal yang sedang singgah di sebuah pelabuhan. Analogi yang ku adaptasi dari catatan Coelho* tentang kapal dan tujuannya.

Unbelieveable

Hanya satu alasan yang bisa membuat orang sepertiku selalu bahagia: melihat semua hal sebagai sesuatu yang mustahil namun ternyata bisa terjadi dalam hidupku. Itulah keajaiban. Aku tak berusaha mendapatkannya, namun seperti angin yang sudah tahu arahnya, seperti itulah setiap hal secara ajaib terjadi pada hidupku. Aku memang bukan seseorang yang ambisius. Bukan pula pesimistis. Aku pun jauh dari realistis. Aku sendiri bingung memasukkanku ke kategori yang mana. Yang jelas aku adalah seseorang yang berjalan mengikuti kata hati. Apa yang membuatku 'bahagia' kuyakini sebagai jalan hidupku. Sayangnya, pengertian bahagia untukku tidak identik dengan senang. Aku bisa bahagia walaupun mulutku mengeluh. Aku bisa bahagia walau dikritik orang. Aku bisa bahagia walau semua tidak berjalan sesuai rencana. Aku bisa bahagia walau banyak teman meninggalkanku. Aku bisa bahagia walau harus keluar dari kenyamanan dan menjadi anomali. Aku bisa bahagia tanpa pekerjaan yang jelas dan tanpa jamina

Melepas genggaman

Gambar
Agustus adalah bulan cinta untukku... Bulan ini orang-orang yang kukasihi berulang tahun... Mama papaku yang hanya berselang satu hari dengan usia terpaut satu tahun... Juga kekasihku, seseorang yang sudah empat tahun aku jatuh dan bangun cinta dengannya... Bahkan di bulan yang sama, di saat orang-orang sedang mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan perang untuk memperjuangkan kemerdekaan, kami sebagai sepasang kekasih akan mengenang kembali masa-masa kami jatuh cinta... masa indah yang penuh dengan romantisme.. yang memberi kekuatan di kala badai keraguan kian mengamuk. Sejak aku mengenalnya hingga saat ini, kadang masih tidak percaya rasanya aku bisa jatuh cinta padanya.  Aku dan dia sahabat karib yang sama sekali tidak saling mengenal dengan konsep 'baik'. Kami sama-sama orang kolerik yang tidak pernah mau kalah, dan selalu kebagian peran antagonis karena terlalu dominan. Itulah yang menyebabkan kami pernah terlibat permusuhan sampai setahun tak sa

"The Dream Land"

Gambar
Tahun ini, aku sungguh menanti-nantikan bulan Juli. Salah satu yang kunantikan di bulan Juli adalah berlibur ke Bali. Liburan yang sudah diprogramkan sejak bulan November tahun 2011. Aku sangat excited karena ini kali pertama aku menginjakkan kaki di pulau Dewata, yang sudah diakui mancanegara sebagai The Dreamland... Terlebih untuk aku, yang adalah pecinta pantai, Bali telah menjadi salah satu tempat yang harus aku datangi secara khusus untuk dinikmati. Aku jarang bepergian secara khusus untuk jalan-jalan. Bahkan bisa dibilang tidak pernah. Tempat-tempat baru di Indonesia yang aku kunjungi semuanya dalam rangka 'menjalankan tugas'. Beruntung saja aku, orangtuaku pernah berpindah tempat kerja sehingga aku menginjak dua pulau di timur Indonesia sebagai 'tempat tinggal sementara'.

Tanah dan Hujan di saat Kemarau

Sore hari di paruh tahun 2012... Di kala seluruh dunia sedang menetapkan waktu sebagai 'high season'  di mana setiap orang sedang bersenang-senang menikmati liburan dengan menikmati terbit dan terbenamnya matahari tanpa takut tertutup mendung... Tiba-tiba, air turun dari langit... Sesuatu yang sudah dinanti-nantikan oleh tanah... Kerinduan yang tersemai di musim kemarau...   Walaupun singkat, namun perjumpaan mereka sungguh bermakna...

Ironisme Zaman Sekolahan

Gambar
Bulan Juni-Juli adalah bulan yang paling dinanti-nantikan ketika aku masih berseragam sekolah. Walaupun tidak ingin datangnya terlalu cepat karena ada ulangan umum yang siap mencuri setengah waktu bermain, tapi iming-iming liburan sepanjang hari jauh lebih menggiurkan untuk memanjatkan doa, "wahai hari, cepatlah berganti!" Walaupun tidak ingin berpisah dari teman-teman sekelas, tapi iming-iming hadiah karena naik kelas membuatku menanti-nantikan masa penghakiman (baca: pembagian hasil belajar). Ah, tiba-tiba saja aku merindukan masa itu... Tapi hidupku di masa sekarang, hampir sepuluh tahun berlalu melepas seragam putih merah, tidak jauh berbeda. Aku pun menantikan libur, menantikan selesainya hari-hari kerja, tapi sekaligus merindukannya.

jangan bodoh mencari jodoh

Gambar
Judul tulisan ini tak sengaja saya dapat ketika sedang mencari-cari buku di salah satu toko buku online.  Saya belum sempat menelusuri isi buku karya  Brili Agung Zaky Pradika   tersebut, tapi ijinkan saya meminjam judul ini untuk menuliskan preposisi tersendiri terhadap 'judul'nya, tanpa bermaksud sama sekali mengusik isi buku tersebut. Hanya meminjam judul yang menarik itu... (ijin ya, mas Brili..) Jujur, sampai saat ini, aku belum bisa memahami apa yang terjadi pada proses cinta pada pandangan pertama. Kepada perkembangan zaman dan segala pemikiran yang ada aku minta maaf, karena sampai saat ini aku termasuk orang yang heran dengan mereka yang mengatasnamakan cinta pada pandangan pertama lalu memutuskan untuk menikah setelah dua bulan menjalin hubungan. Aku tak sedang berusaha menyederhanakan cinta. Aku sangat mengagungkan cinta dengan seribu satu caranya menangkap setiap insan untuk menjadi korbannya. Tapi, menurutku, cinta pada pandangan pertama tak lebih dari daya kerj

Hitungan Matematis yang tidak Matematis

Gambar
Dua bulan bahkan lebih telah berlalu sejak terakhir aku menulis... aku rindu menulis... aku rindu mencari-cari inspirasi dengan membaca semua novel yang ada atau menonton film-film yang aku suka... aku rindu berleyeh-leyeh di depan laptop bututku ini. Bahkan jika diperhitungkan secara ekonomis, iuran layanan akses internet sepuasnya yang aku bayar setiap bulan bersama dengan uang kosan hampir terbuang sia-sia selama dua bulan ini. Mengerjakan sesuatu yang dikejar deadline seperti yang sedang kulakukan sekarang menyita hampir lima puluh persen waktuku. Lima puluh persennya lagi sudah menjadi jatah di pekerjaanku yang sebelumnya. Maka, jika masih menggunakan hitungan matematis, tidak ada yang tersisa untukku, untuk kesenangan-kesenanganku. Pulang bekerja dari tempat 2, harus lanjut lagi ke tempat 1. Jika tidak harus pergi ke tempat 1, maka aku akan melemburkan diri mengerjakan apa yang bisa dikerjakan di tempat 2. Jika tidak begitu, akan lebih lama masa kerjaku di tempat 2. Ini bukan

"Tidak Normal"

Gambar
Aku membuka hari ini dengan rutinitas sebagai perempuan yang menyambut tamu rutinnya dengan gembira. Bulan kemarin, tamu rutin yang otomatis menambah waktu mandi ini tidak mendatangiku.  Sebenarnya tidak terlalu mengejutkan bagiku, karena siklusku tidak diatur oleh hitungan hari dan bulan melainkan skala stres di kepalaku. Bulan Februari, yang sering diidentikkan dengan cinta tidak lantas membuat skala stresku di bawah rata-rata. Februari jadi titik tolak bagiku atas perubahan hidup yang ekstrim . Dengan segenap kesadaran penuh aku menikmati angka 8 mencapai 9 yang menunjukkan skala stresku. Sebelum perubahan itu, hampir dikatakan hidupku berjalan 'sangat indah'. Waktu ada dalam genggamanku, dapat kupakai sesukaku atau dibuang sesenangku. Analogi terbaliknya adalah seorang peziarah di gurun pasir yang memperlakukan air.

Sosok Mereka

Gambar
Setiap sosok mereka hadir, hari-hariku yang biasanya berjalan dengan rutinitas baku  berubah hampir 100 derajat.. Bukan karena terpaksa, tapi tubuhku seperti terhipnotis ke dalam suasana yang membuatku merasa masih seperti gadis kecil yang belum pantas memikirkan dunia... Dikotomi antara dunia rantau yang keras demi bisa makan sampai akhir bulan dan dunia rumah dengan segala sesuatu sudah tersedia, hanya dibatasi oleh kehadiran sosok mereka... Biasanya aku yang memilih untuk pulang ke 'rumah' demi menikmati indahnya hidup sebelum perjalanan waktu semakin mengarahkanku pada kemandirian penuh.

Belajar melupakan...

Hari ini, setelah sekian lama tidak bersua, sang sakit gigi menyapaku juga... Bahkan malam ini dia menemaniku semalaman. Aku yang hampir saja lupa rupa dan rasanya, harus membiasakan diri lagi dengan kehadiran sakit yang sudah jadi sahabatku sejak kecil. Pertemuan kami lagi, diawali ketika aku melihat sebuah mobil box putih berisi peralatan sejenis perbengkelan seperti tang, bor, tang, skrup, dua minggu yang lalu. Pemandangan itu menimbulkan sedikit rasa rindu pada sakit gigi. Dengan sedikit rayuan dari kasir penjaga mobil, aku mengikuti rasa rindu sekaligus penasaran. Ternyata, dua minggu yang lalu belum waktunya aku bertemu sang sakit. Dokter  perempuan paruh baya yang bertugas hari itu menyarankan untuk kembali lagi sesuai jadwal mobil box perawatan gigi keliling datang ke kampusku. Akhirnya, tepat dua minggu setelah rasa penasaran menyeruak, aku kembali berada di mobil box itu. Hanya saja dokternya sudah berbeda. Agak tidak cocok dengan profesinya, menurutku, karena sejak aku bersa

Catatan yang tersimpan

Gambar
Aku tak tahu harus mulai dari mana. Jari-jariku kaku. Bukan karena tidak ada yang pantas diceritakan. Tapi justru terlalu banyak yang ingin kutumpahkan. Namun, selalu saja jika topik ini yang kupilih, aku tak tahu bagaimana harus menuliskannya. Mungkinkah dari jutaan kata itu tidak ada yang bisa mewakili apa yang aku rasakan? Mungkinkah semua moment yang tercipta bersamamu adalah benar-benar pengalaman estetis yang meninggalkan kenangan tanpa jejak yang tak bisa diulang? peristiwa yang sama diulang pun, tidak akan menghasilkan kenangan yang sama indahnya. Tapi bukan berarti keindahan hari ini berkurang karena kenangan indah hari kemarin. Begitu juga hari esok. Ketakutanku akan ketidak-tahuan hari esok tidak lantas mengurangi rasa syukurku hari ini. Hari ini estetis. Terlihat sama seperti hari-hari lain, tapi sebenarnya menyimpan kenangannya sendiri di kemudian hari.

Bukan tentang coklat atau mawar

Gambar
Semalam, aku terlambat pergi tidur. Tak disangka, aku terhisap dalam ketertarikan baruku akan dunia blog-ngeblog ini. Jadilah pagi ini aku merasa terlalu cepat untuk bangun karena belum puas menikmati mimpi. Pagi tetap pagi, tak menunggu aku sadar dan terbangun. Matahari berusaha menembus celah-celah kusen jendela dan pintu kamarku, berusaha menarik perhatian mataku untuk memulai persahabatan. Inilah waktunya mataku bekerja keras untuk terbuka dan menyapa sinar. Untukku, memulai segala sesuatu itu sulit. Tapi setelah langkah pertama, langkah kedua ketiga dan seterusnya terasa lebih ringan. Ibarat memutar kran air yang sedang terkunci rapat, setelah berhasil memutarnya, maka tinggal menikmati kucuran yang mengalir. Demikian pula tubuh. Barulah setelah berhasil menyeret tubuh dan menyiramnya dengan air yang bermalam di bak kamar mandi, mata ini menemukan jalan menuju hakikatnya. (halaah..)

Perubahan Ekstrim

Gambar
Malam ini, cuaca mendukung untuk sejenak memberi setitik jejak tentang hari ini, tentang hidup ini.. Cuaca ekstrim siang-panas-membabi buta vs malam-dingin-menembus tulang membuatku sempat tertidur tidak pada waktunya karena kepalaku dan isi-isinya tersentak kaget pada pergantian suhu tanpa permisi. Entah.. mungkin siang dan malam sudah membuat kesepakatan bersama matahari dan hujan.. Siang adalah waktunya matahari bekerja ektsra agar seragam anak sekolah bisa kering untuk dipakai besok dan para ibu bernafas lega, sedangkan malam adalah saatnya hujan bermain bersama kawan-kawannya -angin, kilat dan guntur- untuk memberi dukungan pada mereka yang sedang mencari inspirasi dan ingin bermimpi. Keadilankah tujuannya? hanya alam -dan penciptanya yang masih terus bekerja sampai hari ini- yg tau..  Yang pasti, tak perlulah kita terlibat dalam kesepakatan itu.. tak perlulah kita membuat matahari enggan bersinar dengan mengutukinya.. tak usahlah kita menutupi jalannya air hujan dengan